Menjadi Negarawan Bukan Komedian

Avatar
As'ad Bukhari, S.Sos., M.A.

Oleh: As’ad Bukhari, S.Sos.,, M.A. (Analis Kajian Islam, Pembangunan dan Kebijakan Publik)

PEDULIRAKYAT.CO.ID — Rakyat sering kali diperlihatkan tentang realitas pemimpin negerinya sendiri melalui media-media yang menyoroti pemimpinnya. Pemimpin yang tak mampu mengendalikan diri dan emosi menjadi citra buruk terhadap dirinya. Sehingga apakah ia benar termasuk seorang negarawan ataukah hanya komedian bahkan hanya manusia emosian yang sedang memimpin negeri ini. Khususnya para pemimpin yang menjadi pejabat publik yang memiliki amanah dan jabatan pemerintahan maupun negara, yang tentunya dipilih melalui mekanisme pemilu. Maka samgat tidak elok bila pemimpinnya bersikap adu domba, merangkul kawan membunuh lawan, ribut dengan rakyatnya sendiri, tak mampu meredamkan polarisasi akibat suhu politik yang terus meningkat karena tak mampu menurunkannya. Hal tersebut disebabkan terlalu sering dan sibuk dengan urusannya sendiri bahkan mengurusi yang justru bukan ranah dan deskripsi kerjanya. Di sisi lain banyak menjadikan dirinya komedian yang selalu melawak ketika esensi kebangsaan yang seharusnya disampaikan. Tapi malah hal yang lucu-lucuan, guyonan dan haha hihi yang senantiasa dilontarkan.

Bila pemimpin memimpin negeri karena tanggung jawab jabatannya bersikap seperti komedian yang penuh tipu daya humor, bully terhadap lawan pemain yang dianggap cupu dan paling tolol, maka dipastikan dia hanya menjadi pemimpin panggung sandiwara alisa pemimpin pentas komedi berkedok dan berbaju jabatan negara serta pemerintahan. Memang benar memimpin itu tidak harus seserius mungkin, atau bahasa lainnya agar tidak sepaneng, tegang, terlalu formal, menyeramkan dan sebagainya. Lantas bagaimana mungkin menghindari itu bila semua telah diatur dan disepakatai melalui jalur konstitusi dan undang-undang. Agar siapapun yang jadi pemimpin tidak semena-mena, sewenang-wenang, semu-maunya, dan sesuka-sukanya hingga melanggar aturan yang telah disahkan secara bersama. Jika terlalu banyak bermain panggung parodi dan komedi, dapat dipastikan pemimpin dan pejabat publik seperti itu adalah orang yang tidak mampu mengemban amanah dan memikul tanggung jawab yang sangat kompleks. Atau menutupi kecurangan bahkan kekurangan atas dirinya, agar sesuatu yg substansial terlupakaj dengan humor atas nama kebijakan pemerintahan.

Menjadi negarawan bukan komedian sejatinya adalah kritik terhadap ketidakbecusan para pemimpin negeri yang sudah dipilih dan dipercaya untuk menjalankan roda pemerintahan dengan baik serta benar. Yang namanya negawaran tentu mengayomi seluruhnya tidak pandang bulu serta memberikan hak serta peluang kepada tenaga ahli, profesional, mahir, cerdas yang menempati posisi strategis tanpa harus ada nepotisme, unsur politis apalagi primordialisme serta transaksi jabatan. Jika hanya terus memposisikan sebagai pemimpin komedian, maka dipastikan jiwanya tak terkendali, cenderung emosian, bapernya sangat tinggi, sensitivitasnya sangat besar, dan sangat mudah terpancing amarah terhadap sesuatu yang tidak pada tempatnya. Baper perlu bila melihat penderitaan rakyat, fenomena kehidupan rakyat miskin dan kesusahan hidup rakyat jelata. Marahnya pemimpin yang benar adalah ketika korupsi merajalela, elit yang selalu membuat onar, mafia, bandit, penjahat yang bertebaran meruaak tatanan kehidupan, dan marah terhadap ketidakadilan serat kesenjangan sosial yang terus meningkat tajam. Jangan hanya melucu san guyon disaat rakyat masih ada yang kelaparan, masih ada yang tidak mendapatkan pendidikan karena mahalnya biaya, masih ada banyaknya pengangguran disaat sekolah serta kuliah banyak menghabiskam biaya, masih ada yang belum mendapatkan akses kesehatan ketika musibah penyakit melanda, masih terjadi ketimpangan sosial sehingga yang kemiskinan meluas dan keyakinan meningkat tajam pada volumen kecil dan masih adanya kriminalisasi akibat keadaan ekonomi yang terus terpuruk.

Jika pemimpin itu gemar dan suka dengan berbau komedi dan parodi, sebaiknya masuk saja dunia hiburan jangan dunia pemerintahan. Jadi saja artis yang menghibur penonton, maka boleh baginya melakukan tipu daya cerita lelucon demi membangun gelak tawa penonton dan penikmatnya. Jangan sampai kebijakan dan arah pemerintahan sebagai bentuk ajang kelinci percobaan dan permainan senda gurau, karena posisinya sebagai pejabat publik. Sehingga mempermainkan rakyat, negara dan agama dengan mudah serta leluasanya akibat kekuasaan ditangannya. Hal ini menjadi pengaruh buruk di realitas sosial masyarakat tentunya, apalagi yang suka merusak tatanan kehidupan yang telah diatur dengan baik agar terwujudnya kerukunan antar sesama. Sebab seorang negarawan akan terus memperjuangkan rakyatnya, negaranya dan bangsanya dari tekanan dunia.

Sudah saatnya negeri ini dipimpin oleh orang-orang yang bermental negarawan. Agar tidak hanya memusuhi rakyat dan oposisi dengan kekuatan serta kekuasaan yg dimilikinya. Walau bagaimanapun negarawan akan merangkul semuanya kawan maupun lawan, tidak mudahnl tersinggung dengan kritik, cacian, hinaan, bullyan, parodi, dan apapun itu dari rakyatnya. Karena namanya manusia akan selalu ada yang tidak suka dan tidak senang. Taoi sebagai negarawan harus menjadi manusia humanis dan pluralis, senantiasa menegakkan humanisasi terhadap manusia satu dengan yang lainnya. Harus inklusif yaknu terbuka terhadap siapa saja yang berbeda dan bukan menjatuhkan, memusuhi, membunuh karakter dan menacaci maki dengan berbaju kekuasaan. Karena negarawan akan senantiasa mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran di aras semua golongan tanpa membeda-bedakan, diskriminasi dan subversif terhadap segala sesuatu. Selama itu masih datangnya dari bangsa sendiri, kejahatan yang terstuktur akan runtuh bila pemimpin itu negarawan. Sebab akan membawa nilai positif serta membawa kembali kepada jalan kebenaran. Tentunya tidak menjadikan dunia pemerintahan, dunia politik dan dunia kenegaraan sebagai ajang hiburan, senda gurau, canda tawa, humor gelitik dan sebagainya. Karena ini bukan sekedar humor melainkan ini adalah cerita realitas bukan pula rumor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *