Jangan Permasalahkan Hijabnya!

Avatar
Zidan Fathur Rahman (Pegiat Institute Alfursan Cianjur)

Oleh: Zidan Fathur Rahman (Pegiat Institute Alfursan Cianjur)

PEDULIRAKYAT.CO.ID — Isu perselingkuhan antara Nissa Sabyan dan Ayus, yang merupakan personel grup band religi, Gambus, saat ini masih ramai diperbincangkan netizen +62.

Kerapnya, ada beberapa rekam jejak digital yang menjadi acuan pembenaran cinta terlarang tersebut.

Namun, sangat disayangkan, ada beberapa pihak yang mengomentari bukan pada tempatnya, hijab dan shalawat yang dinyanyikan disorot, terlebih untuk menjelek-jelekkan Islam.

Buzzer-buzzer mendapat angin segar, untuk terus memancing amarah kaum muslimin dengan mem-framing media.

Tapi, kenapa harus pada individualnya? Bukan pada pokok bahasan, yakni asmaranya?

Sekalipun berita itu benar, memang demikian nyatanya, yang seharusnya dijadikan sorotan adalah hubungan asmara diantara mereka, bukan hijab yang digunakan Nissa.

Ini adalah sebuah kekeliruan, yang menjadikan agama Islam (nantinya) sebagai bahan candaan bagi sebagian pihak, terutama yang benci bahkan anti terhadap Islam.

Karena pada prinsipnya, hijab adalah penghalang, penutup, dan pelindung.

Kewajiban muslimah untuk berhijab ini tidak terlepas dari pro-kontra dalam memahaminya. Pendapat bahwa jilbab merupakan budaya Arab, digemborkan oleh kaum yang tidak menerima wajibnya menggunakan hijab, tak terlepas dari memaknai artian hijab itu sendiri.

Padahal sangat jelas, muslimah berkerudung adalah kewajiban yang mutlak, yang sudah ditetapkan Allah Swt melalui firman-Nya.

Sebagaimana termaktub dalam surat al-Ahzab ayat 59, yang artinya, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Ayat diatas bernadakan perintah, berarti jika dilaksanakan akan mendapatkan pahala dan bila ditinggalkan konsekuensinya berdosa, dengan merujuk pada makna wajib dalam ilmu Ushul Fiqh.

Itulah mengapa, wanita ber-ktp Islam harus menggunakan jilbab tanpa ‘tapi’, dan harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Karena seluruh tubuh wanita adalah aurat, kecuali wajah dan telapak tangan.

Jadi, fatal ketika ada pihak yang menyalahkan hijabnya, karena berjilbab adalah tuntutan dari Allah, sedang manusia sifatnya tak luput dari kesalahan.

Ibarat, orang shalat, setelah shalatnya itu bermaksiat, begitupun dengan kasus ini. Jangan menghakimi personalitinya.

Tak khayal mereka (buzzer) sangat senang mendengar kabar seperti ini, apalagi grup band Gambus ber-genre religi. Tugas daripada mereka ialah untuk memojokkan Islam.

Lalu, apakah Islam akan terpojok kan? Saya pikir, dengan terpaan tantangan dan hambatan, umat Islam akan tetap berdiri tegak dan semakin kuat, meskipun ketidakadilan selalu saja didapatkan.

Tudingan-tudingan yang mengarah kepada extremisme atau radikalisme dalam mempertahankan keyakinan, menjadi kata awal kelompok sebelah untuk memecah belah persatuan umat. Hingga tagar-nya berada diurutan pertama (trending topic).

Sebenarnya, ini bagaimana cara seseorang memandang, baik kah? Ataukah buruk? Dengan menimbang beberapa hal, agar dalam menyimpulkannya tidak melenceng.

Kalo yang dinilainya adalah perlakuannya, tak mungkin pembahasannya mengarah kemana saja, tetapi diluar daripada itu, hijab pun akan terbawa-bawa. Terkesan wanita muslimah itu jelek (buruk akhlaknya) dan akan berpikiran, ‘lebih baik hijab hati saja’. Ini adalah pendapat yang salah, karena muslim yang taat akan senantiasa berada dijalan-Nya, bukan malah menjauh dari-Nya.

Karena Allah itu dekat dengan hamba-Nya, firman Allah Swt, “Dan apabila hamba-hamba ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat” (Al-Baqarah: 186). Dengan kedekatannya itu, kita seharusnya meng-hamba, menjadi makhluk-Nya yang dicintai oleh-Nya dan menjadi pelanjut estafeta dakwah Rasul-Nya.

Maka, dapat disimpulkan, ketika seseorang melakukan kesalahan, jangan individual yang dipandang dan dinilai, tapi perbuatannya yang harus dikoreksi terlebih dahulu. (RedaksiPeduli).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *