Amatiran dalam Mengurus Negara

Avatar
As'ad Bukhari, S.Sos., M.A

PEDULIRAKYAT.CO.ID — Sebuah tragedi kekuasaan yang apabila kekuasaan tersebut salah urus dan tak mampu mengelola dengan baik sesuai nilai produktifisme, profesionalisme, dan progresifisme yang terukur. Bila kekuasaan ditangan orang yang hanya mampu mengandalkan kas negara baik itu APBN dan APBD tanpa memiliki alternatif anggaran, dapat dipastikan ia hanya sekedar berkuasa untuk menuanikan transaksi politiknya terhadap orang-orang penting dan besar yang berjasa sekaligus menjadi tuan politiknya. Prestasi dan capaian pemimpin dalam suatu negara bila dibangun hasil hutang yang sangat besar adalah pepesan kosong dalam hal berdikari dan kemandirian, sekalipum retorikanya serta berkoar-koar menyatakan kemandirian.

Bagaimanapun negara dikatakan berdikari atau mandiri sedangkan hutangnya sangat besar, dan bunga hutagnya pun sangat tinggi walaupun berdalih mampu membayar. Akan tetapi membayar secara lemah bahkan terseok-seok dalam mengelola pemerintahan yang good govermance. Sebab bekal dan pengalaman seseorang dari tingkat atau level lokal maupun regional tidak menjamin mampu mengelola pemerintahan dan kekuasaan dengan baik, terukur, terencana, tertata serta matang. Jika hanya soal hutang, semua orang pun mampu melakukannya tanpa pandang bulu maupun pandang latar belakangnya. Karena hutang itu jalan terakhir yang mendesak kehidupan sekaligus solusi terburuk dalam semua aspek kehidupan.

Sangat disayangkan bila negara yang subur, makmur, luas, kaya raya, berlimpah namun tidak memberi nilai kedaulatan yang tinggi. Ibarat miniatur rumah tangga, negara ini bagaikan keadaan rumah tangga yang hanya peduli gengsi dan gaya hidup secera global namun terlilit hutang kredit dan hutang atau pinjaman terjadap saudara atau kerabatnya. Ibarat kata rumah tiga lantai, punya mobil, motor, perabotan dan sebagainya namun hasil hutang kredit ditambah lagi pinjaman kepada saudaranya atau kerabatnya. Sekalipun ia telah berpikir bahwa ini tertutupi oleh pendapatan dan pemasukannya, tetap saja akan habis dibagi tiap bulannya menutupi semua hutang dan pinjamannya. Belum lagi bila terjadi incident atau faktor bencana alam, sakit, PHK, inflasi, kebijakan negara yang terus berubah-ubah, harga yang terus meningkat tajam, krisis moneter situsi perang dagang global dan lain sebagainya.

Begitupula dengan negara, maka negara ini seperti kategori sosial fakir dan miskin. Sekalipun ada negara, tanah, lembaga, pemerintahan, sumber daya alam namun tidak mampu berdaulat selalu tutup lubang gali lubang hutang dan pinjaman sekaligus hutang atas bunga hutang itu sendiri secara singkatnya hutang kuadrat bahkan menjadi tiga kali lipatnya. Lantas prestasi apa yang dibanggkan bila yang dibangun negara dengan dasar hutang kemudian berdalih akan menguntungkan dan menjadi bisnis cukup panjang sehingga modal akan kembali pada 10 sampai 20 tahun ke depan. Setidaknya belajarlah dari dua masa lalu yakni ore lama dan orde baru dalam mengelola negara serta pemerintahan.

Amatiran dalam mengurus negara hanya membuat negeri kaya raya subur makmur menjadi negeri dongeng. Kedaulatan negeri tersebut hilang, kemandirian negeri tersebut sebatas slogan iklan, dan kehormatan negeri tersebut hanya sekedar gengsi yang memalukan harkat serta martabat bangsa. Membangun sebuah negeri itu tidak hanya berpatokan pada investasi, hutang, dan diplomasi ekonomi parasit. Sehingga antibodi kedaulatan negara terjaga dari manisnya perjanjian dan kontrak kerjasmaa terhadap asing bila pemerintahan saja amatiran mengelolanya apalagi tidak memiliki wibawa serta ketegasan secara ekonomi. Prioritaskan segala sesuatunya demi kepentingan nasional khususnya kepentingan rakyat kecil dan jelata serta mampu bermitra terhadap rakyat elit dan kaya. Pangsa pasar ngeri ini sangat menjanjikan dan menggiurkan asing serta goadaan kekuasaan bila tidak memiliki antibodi kedaulatan. Sekaligus bila tidak mampu berpikir idealis demi menjaga aset dan menjaga marwah bangsa ke kencah internasional sehingga dapat bersaing secara apple to apple.

Amatiran dalam mengurus negara akan mengakibatkan kerugian besar serta ancaman maupun bencara. Diantaranya korupsi merajalela, nepotisme jabatan, hilangnya nilai profesionalisme, runtuhnya integritas, kedaulatan yang tergadaikan, ketergantungan yang sangat imperialis menjadi budak asing, dan ketimpangan kesejahteraan. Yang namanya amatiran berarti hanya sesuai keinginan individu alias yang penting bapak senang, dikelola secara lucu-lucuan, rugi juga enggak masalah, kualitas rendahan alias sangat buruk sekali, dikerjakan oleh tangan-tangan yang tidak ahlinya, dipercayakan kepada orang yang tak mampu menjalaninya, hanya sekadar foya-foya kekuasaan, untuk kepentingan perut sendiri, tidak begitu seriua menjalaninya dan sebagainya karena memang begitulah amatiran cara kerjanya.

Perlu diketahui bahwa pemerintahan yang baik itu tentu yang mengedepankan kualitas, kuantitas, kapasitas, kapabilitas dan kompleksitas yang dimanage atas dasar kedaulatan. Semua kepentingan yang sifatnya individualistik dan personalistik harus dijauhkan agar tidak ada yang namanya penyalahgunaan kekuasaan. Negara yang memiliki sejarah itu sudah cukup menjadikan bangsa yang bermartabat, sehingga pengelolaannya bukanlah amatiran main asal comot sana comot sini, bongkar sana bongkar sino tanpa keputusan yang kredibel.

Apalagi bila mengurus negara hanya mampu menngandalkan hutang dan mengandalkan anggaran negara yang besar pasak daripada tiang. Harus mampu dikindsikan dengan situasi kas negara dalam menentukan arah kebijakan yang berdikari. Jangan paksakan negara bila sedang miskin dan melarat hanya karena gengsi terlihat kaya dengan segala kemegahan infrastruktur yang itu tidak ada impact sosialnya. Karena negara yang bermartabat tidak mesti harus sama dan cooy paste oleh negara maju lainnya, apalagi negera sendiri kaya sejarah, budaya dan moralnya tinggal hanya mampu memprioritaskan nya dengan baik. Karena memang itu tujuan dasar negara kita yakni sejahtera, adil dan makmur.

Memaksakan roda pemerintahan dengan cara-cara konsevatif, liberatif dan preventif para output investasi hutang hanya membuat bencana nasional secara struktural dan sistematis. Negara sedang dilanda sakit dan musibah karena faktor cuaca maupun iklimnya secara natural, maka jangan lagi ditambahkan dengan faktor ketergantungan dan ketidakmandirian secara sistematis melalui kekuatan legal formal kekuasaan. Cukup benahi dulu kondisi negara dan pemerintahan dengan baik seefektif dan seefisen mungkin sambil mengedukasi rakyat agar tumbuh berkembang mandiri yang tentunyabatas keberpihakan penguasa yang merakyat. Tinggalkan cara-cara amatir, kotor, koruptif, busuk, jahat dan sebagainya dalam mengurus negara yang besar dan luas ini. Teggakan keadilan atas nama ketuhanan dan kemanusiaan, agar negeri ini setidaknya terselmatkan dari marabahaya dan bencana.

Wujudkan kesejahteraan yang konkret pada semua lintas golongan, agar harkat serta martabat bangsa terjaga sepanjang masa. Terapkan integritas dalam roda pemerintahan, agar tidak amatiran, lemah tak berdaya yang sarat akan kecurangan apalagi kebodohan salam bungkus kekuasaan. Karena mengurus negara bukan sekedar mengurus rumah tangga, diri sendiri dan mengurus ambusitas kepentingan melainkan negara untuk seluruh rakyatnya yang dibangun atas dasar keyakinan, keberanian, kemandirian, keadilan, kemakmuran, kesejahteraan dan ketuhanan. Sehingga impian dan cita-cita disemua lini atau sektor, khususnya pada pemerintahan maupun negara terwujud sesuai termaktub dalam uud 1945 dan nilai falsafah pancasila.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *