Sembilan Hikmah Pelajaran yang Dapat Dipetik Atas Adanya Bencana Virus Covid dalam Kehidupan

Avatar

Oleh: MT Mudjaki@Jurnalist (Commitment and solidarity of human all round Indonesia)

PEDULIRAKYAT.CO.ID — Seiring berjalannya waktu atas terjadi adanya bencana pandemi virus covid 19 Th.2020/2021 diberbagai belahan dunia, termasuk Negara Indonesia. Yang mmengakibatkan damprat sangat luar biasa dan signifikan berpengaruh bagi sendi-sendi kehidupan dan perekonomian. Serta juga diberbagai lini sektor bidang lainnya, seperti pendidikan, kesehatan, pariwisata, sosial dll.

Sampai menjadikan psikis kejiwaan warga masyarakat cemas, terguncang, ketakutan dan stres. Apalagi disaat akhir pergantian akhir tahun 2020-2021, pilkada serentak dan libur; cuti bersama. Menambah tingkat statistik penyebaran dan korban Covid terjadi peningkatan.

Namun dari hal tersebut, sebagai diri manusia yang berakal pikir, beragama dalam pondasi iman dan taqwa, tentunya akan menjadikan bencana itu sebagai ujian untuk dapat mawas diri dan akan mengambil langkah-langkah apa, bagaimana yang perlu untuk dilakukan dan dipetik ikhtiar maupun hikmahnya, yakni: ‘Positive Thinking’.

Aktualisasi Presfektif Sebuah Pemikiran dan Perenungan

Oleh karena itu, diri saya mencoba untuk mengaktualisasikan Presfektif Sebuah Pemikiran dan perenungan guna sebagai ‘Kaca Benggala’ (mawas diri/introspeksi, red) bagi kita semua. Yang mana dari hal ini terdiri ada sembilan Hikmah Pelajaran yang dapat dipetik atas adanya bencana virus covid dalam kehidupan, yaitu:

-Membuka paradigma ruang kesadaran kita untuk dapat berlaku hidup sehat, bersih dan normal/sewajarnya. Tidak hanya pada batas keluarga namun juga lingkungan sekitarnya
-Mengendapkan perilaku hidup lebih arif, bijaksana, terarah terukur dan tidak sombong (takabur).

-Membuka ruang diri jiwa kita untuk tunduk dan lebih tekun mendekatkan diri kepadaNYA. Serta dapat mengintensifkan perbaikan diri kita dalam hal-hal nilai amalan ibadah, yakni menjalankan perintah dan menjauhi laranganNYA.

-Membuka akal pikiran dan matahati kita untuk senantiasa ingat, bahwa kematian merupakan suatu kepastian. Dan hal ini merupakan sebagai peringatan. Untuk itu diri kita dalam menjalani hidup dikehidupan dunia ini dapat diisi hal-hal (amalan) positif, bermanfaat dan kebaikan bagi kemahaslatan dan kerahmatan.

-Menumbuhkan nilai-nilai peradaban budaya; perilaku etika moral yang terarah sesuai koridor (fitrah), luhur dan bijak.

-Menumbuh kembangkan nilai-nilai hidup dalam kebersamaan (gotong royong), menjalin berbagi rasa kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama manusia tanpa membedakan status suku, adat budaya, ras dan agama.

-Menumbuh kembangkan kebiasaan hidup dalam kedisiplinan, kepercayaan dan bertanggungjawab, yakni dapat menempatkan dan mematuhi atas tata peraturan, kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun daerah beserta lembaga/institusi terkait dalam penanganan Covid secara komitmen-konsisten.

-Membangkitkan rasa senasib sepenanggungan, peduli dan nasionalisme; cinta tanah air, bangsa, rakyat dan negara. Agar dapat tumbuh kembali dan berkembang dalam kehidupan yang aman, tentram, nyaman dan bermasa depan.

-Membuka akses ikhtiar hidup dalam kemandirian dan kesabaran. Serta intensitas peluang usaha lebih kreatif, inovatif dan berdaya guna masa depan. (Doc.arsip artikel lepas).

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *