Jadi Pembicara Diacara Sekolah Kader Pengawasan Partisipatif Bawaslu, Syam Paparkan Kepemimpinan Ala Adat Kajang

Avatar

PEDULIRAKYAT.CO.ID, ​BOGOR — Pendiri Kopel Indonesia, Syamsuddin Alimsyah dapat kehormatan jadi pembicara dalam kegiatan Sekolah Pengawasan Partisipatif Bawaslu Kabupaten Bogor, Cisarua, Senin (25/11/2019).

​Dihadapan peserta, Kak Syam begitu biasa disapa mengajak peserta untuk belajar ke Kajang (Amma Toa_red) untuk menjadi Pemimpin yang baik dan berintegritas. Menurutnya, Kepemimpinan Kajang merupakan sebuah model kepemimpinan yang sederhana, namun berintegritas tinggi.

​Model kepemimpinaan masyarakat Kajang disebut sebagai salah satu model yang ideal dalam konteks kekinian di tengah hedonisme.

Syam, yang juga bakal calon Bupati Bulukumba ini diminta membawakan materi tentang konsep kepemimpinan berintegritas.

​”Seorang pemimpin harus memiki integritas, sederhana, dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kaumnya (baca: rakyatnya),” ujar Syam sesuai rilis yang diterima pedulirakyat.co.id, Selasa (26/11/2019).

​Seorang pemimpin, lanjut mantan jurnalis ini, tidak boleh tidur sebelum semua rakyatnya tidur. Itu ciri pemimpin yang berintegritas.

​”Jangan tidur jika engkau masih mendengan bunyi bunyian dari rumah tetanggamu. Karena bisa jadi tetanggamu belum makan. Maka pastikanlah semua orang sekitarmu tertidur sebelum engkau tertidur,” kata Syam menerjemahkan sebuah pasang atau petuah dari Kajang.

​Syam mengaku, dalam kondisi budaya individualistik yang tinggi, sekarang ini betapa sulit mendapatkan pemimpin yang mau hidup sederhana. Lebih miskin dari rakyatnya.

​Syam lalu bercerita konsep kehidupan masyarakat adat di Tana Toa, Kajang, Bulukumba. Konsep ini hampir sama juga berlaku dalam sistem tata nilai masyarakat adat.

​Kepala adat secara sederhana diikat adat. Tidak boleh rumahnya mencolok, jauh lebih besar dari kaumnya.

​”Dalam tradisi masyarakat adat Kajang Bulukumba, kita masih menjumpai  kepemimpinan yang sederhana dan berintegritas,” jelasnya.

​ Jauh sebelumnya konsep ini  banyak belajar dalam masa kepeminpinan khalifah Umar. Bagaimana beliau setiap malam berkeliling mengecek memastikan kehidupan warganya.

​”Meskipun mereka adalah masyarakat adat tetapi nilai-nilai integritas itu sangat terpelihara,” jelas Syam di hadapan peserta.

​Paparan ini menarik perhatian para peserta. Mereka secara bergantian mengajukan pertanyaan.

​Sekolah Pengawasan Partisipatif ini adalah program Bawaslu Bogor angkatan pertama. Pelatihan ini bertujuan mengkader dan membangun kesadaran masyarakat untuk secara aktif melakukan pengawasan dalam setiap momen pemilihan.

​Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Bawaslu se-Jawa Barat yang diselenggarakan bulan ini.(rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *