Juragan Tebu yang Mendirikan Pesantren, Simak Kisahnya

Avatar
Ilustrasi. (Santri)

​PEDULIRAKYAT.CO.ID, KUNINGAN — Dulu komplek Ciparay Indah sebuah pemukiman warga di Desa Ciawi Gebang, Kabupaten Kuningan belum seramai sekarang. Dulunya kompek ini merupakan perkampungan kecil yang dihuni beberapa rumah warga. Terdapat sebuah mushola kecil yang berdiri di tengah perkebunan di kampung itu.

​Mushola itu didirikan oleh seorang juragan tebu yakni Haji Saja’ Saefuddin atau akrab disapa Abah Saja’. Abah Saja’ satu-satunya tokoh agama yang ada di kampung itu berupaya mengajak warga kampung untuk bisa melaksanakan sholat secara berjamaah di mushola itu. Namun hanya segelintir saja warga kampung Ciparay yang tergerak dengan ajakan Abah Saja’. Mushola itu pun terus sepi.

​“Dulu orang lewat ke sini saja takut karena sepi, wilayah ini kan tadinya kebun-kebun, tapi sekarang ramai sudah ada masjid,” tutur Nyai Hj. Aam Siti Aminah pengasuh pesantren Nurul Huda Ciparay, Ciawi Gebang, Jum’at (23/8/2019).

​Abah Saja’ pun prihatin melihat kondisi mushola dan perkampungan yang sepi dari aktivitas keagamaan. Pada akhirnya, Abah Saja’ bersama istrinya Hj. Rohani memutuskan untuk mewakafkan tanah dan menyedekahkan tabungan hasil bisnis tebunya selama bertahun-tahun untuk pembangunan pesantren.

​Ia pun meminta KH Ade Muhammad Ridwan seorang ulama di Desa Sidaraja, Ciawi Gebang untuk membantunya menghidupkan kampung Ciparay. Kampung itu pun kian hari semakin ramai. Banyak santri yang mengaji di mushola yang dibangun oleh Abah Saja’.

​Karena sudah tak dapat menampung santri, Abah Saja’ pun akhirnya merenovasi bangunan mushola itu dan menjadikannya sebagai masjid. Abah Saja’ pun membangun beberapa kamar untuk santri-santri mukim.

​“Abah haji itu terus semangat membangun dengan melihat santri terus bertambah bertambah. Lama-lama di sini pun ramai,” kata Nyai Aam.

​Pada 2010, Pesantren Nurul Huda pun didirikan, kendati demikian pembangunannya berlangsung bertahap. Keberadaan pesantren pun membawa dampak positif bagi perkampungan itu. Kampung Ciparay yang tadinya sepi berubah menjadi ramai.

​Banyak warga pendatang pun akhirnya mendirikan pemukiman di wilayah itu. Kini, kampung Ciparay pun telah berubah drastis menjadi komplek perumahan yang ramai dengan aktivitas keagamaan yang kerap diselenggarakan pesantren.(Republika)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *