Pancasila Kian Tergerus Oleh Zaman

Avatar
Munawir. S. Sos, M.AP

Oleh: Munawir. S. Sos, M. AP (Ketua DPW Perkumpulan Gerakan Kebangsaan Sulawesi Selatan)

PEDULIRAKYAT.CO.ID — Memperingati hari lahirnya Pancasila yang jatuh pada 1 Juni tidak semata – mata hanya sebuah rangkaian ritual yang bersifat seremonial, maupun jargon dan retorika, namun harus menjadi refleksi, renungan mendalam terhadap dinamika perjalanan kehidupan berbangsa selama ini. Sudahkah! Pancasila itu diimplementasikan secara optimal melalui kehidupan bernegara sebagai dasar nilai, serta dasar pijakan untuk mengambil keputusan, dan orientasi dalam kebijakan membangun Negeri? jika “IYA” mengapa Pertentangan sering terjadi, dikalangan elit, kalaupun diputuskan tak jarang keputusannya memicu polemik, pertentangan bahkan kemarahan rakyat di ruang- ruang publik.

Apa mungkin karena kebijakan-kebijakan Negara yang dibuat selama ini tak sejalan dengan jiwa, alam pikiran, dan moralitas Pancasila, jika setiap kebijakan yang diformulasikan sefrekuensi, atau seirama dengan jiwa alam pikiran dan moralitas Pancasila dipastikan publik akan menyambutnya dengan suka, cita kegembiraan dan semangat gotong royong dalam membangun Negeri.

Pancasila sebagai Guide Of Life merupakan mahakarya hasil rintisan founding father’s diperuntukan untuk generasi bangsa Indonesia dimaksudkan sebagai identitas jati diri bangsa Indonesia, agar mewarnai perjalanan masa depan pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI) karena Pancasila adalah Panduan hidup berbangsa dan bernegara, yang tak boleh lekang oleh waktu dan sirna oleh apapun.

Namun seiring berjalannya waktu secara perlahan penghayatan terhadap nilai- nilai Pancasila kian tergerus, terkikis dan luntur ditengah perkembangan zaman serta kemajuan tekhnologi yang berkembang begitu cepat dan masif, hal tersebut bahkan memicu tumbuh suburnya budaya konsumerisme, glamoritas, flexing hingga kemudian melucuti Pancasila sebagai ideologi bangsa bukan hanya di pusaran para elit Pemimpinnya tetapi juga dikalangan generasi kaula mudanya.

Sebagaimana Hasil survei Setara Institute dan Forum on Indonesian Development (INFID) mencatat 83,3 persen siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menganggap Pancasila bukan ideologi permanen dan bisa diganti. Presepsi bahwa Pancasila bukan sebagai ideologi yang permanen, sehingga bisa diganti, dimana Responden yang menganggap Pancasila sebagai Ideologi Negara dapat diubah ternyata sangat besar yakni 83,3 persen.

Lebih lanjut, Halili Direktur Setara Institute menyebut jika diuji dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih ideologis, kecenderungan toleransi semakin menurun. Pertanyaan yang dimaksud yakni apakah akan menahan diri melakukan kekerasan dalam merespons penghinaan terhadap agama yang dianut, di angka 20,2 persen responden menyatakan tidak bisa menahan diri.

Survei tersebut dilakukan terhadap 947 responden dengan margin of error 3,3 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Penelitian diselenggarakan pada Januari-Maret 2023. Data- data diatas menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mengalami kedarutan dan kritis terhadap pemahaman dan penghayatan terhadap Pancasila oleh para generasi kaula mudanya, dan sekaligus mereka, terpapar radikalisme, hal ini kemudian menambah kerisauan terhadap jalannya kehidupan berbangsa dan bernegara di masa – masa mendatang.

Olehnya itu Pancasila harus hadir dalam setiap ruang publik, diimplementasikan secara nyata dan membumi, serta di manifestasikan dalam dimensi keberagaman Suku Bangsa, Ras dan Agama serta berbagai realitas sosial, politik dan ekonomi. Pancasila tidak boleh sekadar menjadi aksesoris yang manis diucapkan, namun lupa diimplementasikan.

Pancasila tidak boleh menjadi gincu yang hanya manis dan mencolok dilihat namun harus menjadi suplement yang bisa dirasakan kehadirannya diberbagai praktik hidup keseharian sehingga Pancasila tidak hanya mewah dalam relung kesadaran filosofis namun harus menembus dimensi realitas kehidupan berbangsa dan bernegara baik itu dimensi politik, ekonomi dan budaya yang menghadirkan peradaban dengan corak moral kearifan berdasarkan Pancasila.

Pancasila,merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa dan warisan kearifan lokal yang membentuk kepribadian dan jatidiri bangsa Indonesia, untuk itu, seyogianya para publik figur meliputi elit Politik, Birokrasi, Ekonomi, Akedemisi, Pemuda, begitu juga Para Pemuka Agama, Tokoh Masyarakat, Tokoh adat dan seterusnya, harus menjadi panutan.

Serta mensosialisasikan nilai – nilai Pancasila agar nilai- nilai Pancasila dapat secara efektif mengkristal disetiap lapisan dan segenap komponen Bangsa mengapa demikian karena masyarakat Indonesia mayoritas masyarakat masih kental dengan budaya paternalistik karena itu! Publik Figur memiliki peran strategis dalam memperkuat memperkokoh nilai-nilai Pancasila sehingga Pancasila dapat benar- benar menjadi guide of life.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *