Indonesia Membutuhkan Revolusi Adab

Avatar
As'ad Bukhari, S.Sos., M.A.

​Oleh: As’ad Bukhari, S.Sos., M.A. (Alumni Pascasarjana bInterdisciplinary Islamic Studies/Islam, Pembangunan dan Kebijakan Publik UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 2018)

PEDULIRAKYAT.CO.ID — ​Belakangan ini sebagian kelompok masyarakat merasa bahwa situasi kebangsaan penuh dengan sentimen, ujaran kebencian, ketegangan dan sebagainya. Sehingga menginginkan situasi yang adem, ayem, santun, ramah serta penuh kedamaian. Harapan itu sah-sah saja selama itu demi kebaikan dan kemajuan bangsa tentunya.

​Dalam hal ini masing-masing memiliki ukuran dan penilaian sendiri terhadap kebenarannya sendiri, sekaligus tentang santun maupun kedamaian itu dengan pandangan masing-masing. Indonesia beragam suku, budaya, ras, agama dan adat istiadat tentu banyak memiliki perbedaan karakter serta perbedaan mendasar lainnya. Ada yang tipekal suara vokal, lantang, keras, tegas, lugas, jelas namun ada sebaliknya pendiam, pelan, intonasi rendah itulah keberagaman.

​Bukan lantas merasa paling baik dan benar sendiri sehingga menafikan yang lainnya. Perlu disadari hal ini melalui sejarah tentunya, agar pemahaman yang dimiliki tidak hanya sebatas pemahaman kontemporer yang orientasinya ialah individualistik, kapitalistik, liberalistik dan sekuleristik. Karena keberagaman itu telah aja sejak bangsa Indonesia pun belum lahir dan semua memiliki kehidupannya masing-masing dengan caranya masing-masing pula.

​Perlu disadari bahwa situasi saat ini ialah hasil dari revolusi mental yang telah didoktrin begitu radikal sehingga sangat mengakar. Akibatnya bila tak sepemahaman dan satu pandangan main gebuk, main persekusi, main anarkis, main kasar dan main cara-cara brutalisme bahkan premanisme.

​Memang hal itu tidak lain tidak bukan karena yang diinjekkan atau disuntikkan ialah ssngan cara revolusi mental, sehingga mental yang hadir ialah mental bekuasa, mental menekan, mental intervensi, mental intimidasi, mental paling benar dan sebagainya. Indonesia itu sudah lulus dan khatam dengan urusan mental sejak zaman para pendahulu. Lahirnya dan merdekanya bangsa ini karena besarnya dan kuatnya mental moyang bangsa ini dalam memperjuangkan, mempertahankan dan memajukan Indonesia. Selain itu juga para tokoh pendahulu adalah terlahir dari manusia-manusia cerdas, intelektual dan bahkan memliki adab yang tinggi.

​Berbeda halnya dengan saat ini, revolusi mental justru menghasilkan dan melahirkan mental anak bangsa layaknya imperialis, kolonialis dan sangat hedonis. Memahami dan memaknai revolusi mental ini justru menjadi bentuk destruksi moral anak bangsa yang akhirnya sikap agresifitas yang sangat tinggi untuk saling merasa kuat dan akhirnya tekan menekan dan ancam mengancam bahkan saling melontarkan ujaran kebencian dan ujungnya ialah merasa paling benar dan memaksakan akan pembenaran secara mutlak. Revolusi mental rasa penjajah telah menjadi doktrin rusak generasi bangsa memperlihatkan sikap angkuh, arogan, agresif dan sangat jauh dari sikap egaliter.

​Indonesia membutuhkan revolusi adab untuk memperbaiki etika, moral, akhlak, sikap, perilaku, perbuatan anak bangsa yang semakin hari semakin tidak menjunjung tinggi integritas dan moralitas. Bangsa yang besar itu adalah bangsa yang beradab bukan bangsa yang berevolusi mental dengan arogansi yang setinggi langit. Sebab dengan revolusi adab itulah bentuk dari manifestasi pancasila sebagai sila ketiga kemanusiaan yang adil dan beradab.

​Keadilan itu ada karena manusia yang beradab dan keadaban ialah mutlak menjadi doktrin dan paradigma masa kini. Terlepas dari dampak positif, revolusi mental justru lebih banyak masuk ke jurang pada dampak negatifnya dan itu terbukti serta dapat dirasakan saat ini. Justru dampak positif revolusi adab lah yang banyak manfaatnya ketimbang dampak negatifnya.

​Orang yang menanamkan nilai revolusi adab lebih menghargai perbedaan, menjaga kerukunan, sangat humanis, bersikap egaliter, dan mampu membawa diri terhadap situasi, keadaan dan kondisi apapun. Adab yang tinggi akan melahirkan peradaban manusia yang cerdas secara intelektual, emosional, spritual, sosial, dan manajerial. Mampu mengelola diri dengan baik sehingga tidak serampangan seperti nilai revolusi mental yang asal tabrak sana tabrak sini tidak peduli aspek agama, hukum, sosial, budaya dan etika.

​Itulah kenapa Indonesia saat ini membutuhkan generasi yang memiliki kesadaran tinggi untuk menanamkan nilai revolusi adab pada dirinya. Agar mampu membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat dan bersahaja. Orang yang beradab tentu orang yang sadar secara spritual dan emosional sehingga mampun mengendalikan diri dari sikap agresif yang menimbulkan perpecahan, kekerasan, intimidasi dan intervensi.

​Generasi yang berevolusi adab itu bagian dari generasi emas dan cemerlang yang mesti dijaga agar tidak terkontaminasi dengan virus, penyakit, dan sifat-sifat destruktif. Mental itu sudah dipupuk bahkan sejak dini, apalagi Indonesia saat ini mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan. Dimana para pelajar dapat berprestasi sesuai dengan kemampuan, minat, bakat, keahlian, dan keinginannya dalam menentukan masa depan yang itu pasti berawal dari pondasi mental yang kuat. Sehingga mampu tampil percaya diri terhadap kreativitas, imajinasi dan segala aktivitas kemampuan masing-masing. Tak ada lagi keraguan terhadap mental anak Indonesia sehinga tak perlu ditanamkan revolusi mental yang berkiblat sekuler-liberal mental penjajah.

​Untuk itu perlu ditanamkan dan ditekankan pada generasi muda tentunya agar dapat mengaplikasikan revolusi adab dalam kehidupannya. Sebab di dalam revolusi mental itu telah dirusak, dimanfaatkan dan didominasi oleh pihak-pihak yang hanya mencari keuntungan semata sehingga tidak bertanggung jawab secara utuh yang mengakibatkan generasi sata ini sangat hedonis, konsumtif, terlalu kebarat-baratan, menghilangkan budaya ketimuran, berbangga diri dengan sesuatu dari brand asing, malu dengan budaya sendiri, tidak menghargai hasil karya sendiri dan suka dengan hal-hal yang berfoya-foya.

​Revolusi adab untuk kembali menyadarkan seluruh anak bangsa agar menjadi pribadi dan karakter kuat, mandiri, berintegritas, menjunjung moralitas, memiliki spritualitas seperti para pahalwan terdahulu dan para tokoh bangsa yang telah membesarkan bangsa ini. Dengan adab semua akan berjalan dengan baik dan semua akan kembali pada khittah yakini pada garis-garis perjuangan yang benar yang telah dicontohkan oleh generasi beradab sebelumnya.

​Sehingga dalam situasi apapun khususnya dalam kondisi kontestasi demokrasi politik sekalipun, semua akan berjalan dengan baik dan lurus sesuai amanat dan undang-undang bahkan falsafah pancasila. Generasi cerdas generasi yang memiliki revolusi adab yang tinggi agar dapat menegakkan keadilan, mewujudkan kesejahteraan, melindungi kemanusiaan, meninggikan ketuhana, dan mejaga keharmonisa demi kemajuan hidup bangsa Indonesia ke depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *